Sakit kepala dan migrain memang bukan penyakit asing dan banyak diderita orang. Tapi hati-hati, perempuan yang sering mengeluh sakit kepala dan migrain lebih cenderung memiliki masalah seksual seperti tingkat libido (gairah seks) rendah.
Studi menemukan lebih dari 90 persen perempuan yang mencari pengobatan untuk sakit kepala memiliki tingkat gairah seks rendah dan 29 persen diantaranya merasa sedih dengan situasi tersebut.
Dari hasil studi ini, peneliti pun sekarang mendesak para dokter untuk membuat koneksi saat merawat pasien yang menderita sakit kepala atau migrain.
Dalam banyak kasus, sakit kepala dapat meningkatkan perasaan cemas, sementara mingrain dan sakit kepala tipe tegang dikaitkan dengan nyeri seksual dan libido rendah.
Tim peneliti dari University of Pavia di Italia menyimpulkan bahwa perempuan yang dirujuk karena sakit kepala berat melaporkan gejala gangguan seksual yang tinggi.
"Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang faktor-faktor penentu dari disfungsi seksual pada perempuan yang dirawat karena sakit kepala primer," jelas peneliti dari University of Pavia, seperti dilansir Dailymail, Jumat (2/3/2012).
Dalam studi ini, peneliti melibatkan 100 responden perempuan dengan rata-rata usia 40 tahun, yang sedang dirawat karena sakit kepala dan telah menderita bertahun-tahun.
Sebagian besar mengalami migrain, beberaoa sakit kepala tegang atau sakit kepala kronis (mengalami sakat kepala lebih dari 15 hari per bulan).
Dari hasil wawancara dan kuesioner, 91 responden memperlihatkan memiliki masalah seksual yang tidak dianggap dalam kisaran normal. Peneliti juga menemukan 20 persen perempuan memenuhi kisaran untuk memiliki gangguan hasrat seksual hipoaktif, di mana dorongan seks masih rendah dan menyebabkan masalah pribadi.
17 persen lainnya melaporkan memiliki tingkat gairah seks yang rendah, tetapi tidak merasa tertekan dengan kondisi tersebut.
Peneliti menggarisbawahi bahwa meskipun sakit kepala adalah keluhan umum, masih sedikit yang diketahui tentang bagaimana gangguan ini dapat mempengaruhi kinerja seksual.
Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine.
sumber:detikhealth
Jumat, 02 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar